Just Some Place To Store My Memories...

Friday, January 4, 2013

Agatha Christie : Halloween Party


Di sini agatha christie menampilkan motif pembunuhan yang lain dari biasanya. Jika biasanya, kekuasaan, harta, warisan, cinta dan dendam yang diangkat jadi motifnya maka kali ini tidak tepat demikian.
Agatha mengusung tentang ambisi seorang seniman gila yang terlalu terobsesi akan kemampuan dirinya dalam menciptakan keindahan.
Seniman yang tak segan berbuat apa saja demi mewujudkan impiannya akan terciptanya sebuah karya sesuai imajinasinya. Seniman yang menanamkan pemikiran dan pengaruhnya kepada beberapa orang.
Juga ambisi seorang wanita yang sudah berumur namun masih bergairah. Dan terpikat cinta yang membuatnya rela melakukan apa saja.
Gambaran tentang kekejian pun dirangkai dengan seksama pada alur cerita. Dimana seseorang tega mempermainkan cinta seorang wanita demi uang dan lalu menjadikan wanita itu sebagai tumbal dalam rencananya.
Penggambaran tentang kelamnya jiwa manusia dikemukakan dengan dramatis di sini.

Alur cerita pada awalnya terlihat sederhana. Ny. Ariadne Oliver diundang oleh kawannya, Ny. Judith Butler untuk ikut menghadiri pesta Halloween. Pesta itu diselenggarakan di rumah Ny. Rowena Drake. Di pesta tersebut seorang anak perempuan bernama Joyce Reynolds mengaku pernah menjadi saksi pembunuhan. Kemudian anak perempuan dalam pesta tersebut mengalami kematian tragis yang tampak seperti kecelakaan. Kepalanya tercebur dalam bak berisi air dan apel yang mengapung.
Nyonya Oliver kemudian menghubungi Poirot. Si Detektif Belgia itu pun datang ke desa tempat kejadian, lalu mengunjungi kawannya yang seorang pensiunan bernama Inspektur Spence. Dari situ Poirot mengumpulkan cerita- cerita dan juga informasi dari adik sang mantan Inspektur. Tapi kemudian alur berkembang menjadi makin kompleks dengan mata rantai yang terputus dimana- mana. Dan petunjuk- petunjuk yang tercecer mengarahkan Poirot dan Ny. Ariadne kepada beberapa masalah dan misteri yang seolah tak berkaitan.
Kemudian ada seorang yang melihat keanehan yang melibatkan pemilik rumah tempat kejadian perkara dan Poirot harus menerjemahkan petunjuknya. Poirot berpacu dengan waktu sebelum lebih banyak lagi korban berjatuhan.

Saksi- saksi pun ditanyai. Ada kakak perempuan korban, ada Miranda Butler yang merupakan teman korban, ada guru, dan kepala sekolah setempat.
Poirot pun mendaftar perkara kriminal yang terjadi di daerah tersebut.
Mulai dari pemalsuan surat wasiat, terbunuhnya seorang pemuda flamboyan, kasus yang melibatkan guru setempat dan menghilangnya seorang gadis.
Sampai akhirnya Poirot tertumbuk pada misteri perkara Ny. Llewellyn Smythe dan gadis au pair bernama Olga Seminoff. Misteri perkara tersebut melibatkan Seniman ahli arsitektur taman yang berwajah rupawan bernama Michael Garfield, dan juga Pengacara Fullerton sebagai saksi.
Selain itu juga ada 2 pemuda, Desmond Holland dan kawannya yang juga hadir pada pesta Halloween dan terkenal suka berkeliaran di desa.
Dengan begitu banyak orang yang terlibat, maka Poirot dan Ny. Oliver seakan memilah2 benang kusut untuk mendapatkan alur kebenaran.

Seperti biasanya latar belakang cerita Agatha Christie kali ini adalah wilayah Inggris. Suasana pedesaan inggris dan tradisi- tradisinya. Perayaan pesta halloween yang tradisional dengan susunan acara yang sudah biasa dilakukan secara turun temurun. Ramalan untuk gadis- gadis, acara snapdragon dan hal lain- lainnya seputar tradisi dijadikan latar belakang di sini. Dan juga ada Ny. Goodbody yang berperan sebagai tukang sihir di sini.

Selain itu, pengetahuan Agatha Christie tentang legenda -legenda kuno Yunani juga terselip di sini. Dimana dia menjelaskan tokoh- tokoh di dalam cerita ini menggunakan perumpamaan kemiripan dengan tokoh- tokoh dalam legenda kuno Yunani.

Suasana setelah perang dunia II. Kondisi masyarakat pada saat novel tersebut dibuat juga berpengaruh besar pada penulisan cerita ini. Pembagian kasta masyarakat yang masih nampak walau modernisasi telah merambah. Dan emansipasi perempuan- perempuan yang mulai berorientasi kepada kemandirian dengan mencari pekerjaan dan berpindah tempat untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Misteri tentang si pelaku sebenarnya dapat diduga dari petunjuk di babak2 awal. Dimana hanya mungkin ada satu orang yang mempunyai ciri-ciri demikian. Petunjuknya adalah air.
Saya sendiri pun terkecoh dan baru bisa mengira- ngira soal salah seorang si tokoh pembunuh pada tiga perempat novel.
Ya, motif yang melatarbelakangi di sini memang ambisi gila dan keji, yang tak pernah terpikir oleh saya.

Kalau ada hal yang merupakan kekurangan novel ini, saya rasa adalah penceritaannya ketika Poirot menanyai saksi2. Dimana banyak terjadi pengulangan kata2 dan cerita yang sama dari saksi2 tersebut. Yang mana sebenarnya bisa diringkas agar pembaca tak melulu membaca perulangan tersebut.
Tapi mungkin juga itu adalah trik penulis untuk menguji kejelian pembaca dalam membedakan pengakuan antara saksi satu dengan lainnya. Dimana tiap saksi, walaupun terkesan banyak menceritakan hal yang sama dengan lainnya, tapi selalu terselip petunjuk tersendiri.
Bagian akhir dari novel ini disisipi semacam action heroik tentang penyelamatan calon korban.
Alur cerita menurut saya terkesan slow di awal sampai pertengahan buku tapi makin menajam sampai ke akhir bab.

Twist-nya terdapat pada bagian setelah tiga perempat buku.
This maybe an old novel. Tapi bagi saya novel2 Agatha Christie tetap menarik untuk dibaca walaupun untuk generasi saya. Deduksi- deduksinya dan kecermatannya dalam merangkai plot yang menghadirkan sensasi ketegangan, selalu dapat memukau saya sebagai pembaca. Bagi saya, Agatha Christie selalu berhasil memberi kejutan-kejutan untuk saya.

Saya bisa katakan bahwa novel Agatha Christie yang ini adalah salah satu judul favorit saya.
Kalau harus kasih rating maka saya beri 8.7 dari 10








No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...