Just Some Place To Store My Memories...

Wednesday, March 11, 2015

Agatha Christie : Murder is Easy (Membunuh itu Gampang)



 Hai, apa kabar para booklovers semua

Saya harap anda semua selalu menikmati waktu anda. Kali ini saya kembali lagi dengan review Novel Agatha Christie dengan judul saduran ‘Membunuh itu Gampang’. Judul aslinya tidak jauh beda dengan terjemahannya yaitu Murder is Easy.
Saya yakin saya sudah membaca novel ini mungkin 2 atau 3 kali hingga saat ini.  Tapi kadang setelah sekian lama waktu dari saya baca novel, detailnya lupa, jadi saya baca ulang, he he…


Novel ini cukup dark ya menurut saya, it’s twisted in its own way… Disini diceritakan betapa sebuah pembunuhan adalah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Ngga perlu peralatan atau plot yang rumit. Hanya butuh ketelitian, acting, alibi dan timing yang tepat. Motif yang dikemukakan disini pun juga hanyalah motif yang bisa terpikir oleh seorang yang memang psikopat. Seseorang yang mempunyai ego yang sangat tinggi bahkan kepada orang yang tidak bermaksud menyakitinya namun ketika dianggap telah melukai harga dirinya, maka tega mengorbankan orang2 yang tak bersalah demi memuaskan naluri psikopatnya.
Disini dikemukakan bahwa penampilan bisa sangat amat menipu. Orang tak akan mengira sejauh mana yang dipikirkan dan mampu dilakukan oleh seseorang yang terlihat lemah dan seperti tidak berdaya untuk melakukan hal nekat.
Saya rasa ngga di dalam cerita saja kenyataan bahwa penampilan bisa sangat menipu juga terjadi di dunia nyata. Penjahat berwajah malaikat ada dimana2.
Mungkin pesan dalam novel ini adalah bagaimanapun penampilan seseorang, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kita perlu melihat fakta2nya, bukti2 dan kondisi psikologis yang sesungguhnya pada orang tersebut. Kita tak pernah tahu bagaimana sesungguhnya seseorang tersebut sampai kita membuatnya menampakkan wajah aslinya. Seseorang yang terlihat sombong dan pongah, belum tentu dia bisa kejam. Dan seseorang yang tanpa kekuasaan, terlihat tak berdaya, belum tentu dia tidak bisa melakukan hal2 yang tak terduga.

Dalam novel kali ini, bukan Poirot yang jadi jagoannya. Ah, padahal saya sangat mengidolakan Poirot. Jagoan kali ini adalah seseorang pensiunan polisi yang biasa2 saja, yang baru kembali ke Inggris setelah sekian lama bertugas di luar negeri. Luke Fitzwilliam adalah tokoh utama pemecah kasus dalam novel ini. Perkenalannya dengan seorang wanita tua bernama Miss Pinkerton dalam kereta menjadi awal dari perjalanannya menuju penyelidikan kasus pembunuhan. Miss Pinkerton selama perjalanan kereta bercerita tentang kecurigaannya akan beberapa kematian yang terjadi di desanya. Dia menduga semuanya dilakukan oleh satu orang, dan dia akan menuju Scotland Yard untuk melaporkan kecurigaannya tersebut. Setelah berpisah dengan Wanita itu, sebagian pikiran Luke berkata bahwa Miss Pinkerton terlalu menduga2. Luke baru menyadari betapa seriusnya apa yang disampaikan wanita itu ketika beberapa hari kemudian Luke mengetahui berita bahwa Miss Pinkerton terbunuh dengan cara tabrak lari dalam perjalanannya menuju kantor polisi di hari yang sama setelah Luke bertemu dengannya.
Insting Polisi Luke yang membuatnya mencari cara agar punya alibi untuk memecahkan kasus tersebut. Dengan menyamar sebagai saudara Bridget atas bantuan temannya yang merupakan sepupu asli nona tersebut, maka  dia tinggal di rumah Lord Whitfield, yaitu tunangan sekaligus majikan Bridget, seseorang yang terpandang di desa Wychwood under Ashe, tempat kejadian perkara.
Ada beberapa tersangka yang sudah ada dalam daftar Luke, seorang mantan Mayor Horton, Pak Abbot seorang Pengacara, Seorang mantan kekasih dan juga ada pak Ellsworthy pemilik toko antik yang aneh perilakunya. Tapi apakah pembunuhnya memang salah satu dalam daftar orang yang dicurigai Luke? Seperti biasa, jangan berharap bahwa Agatha Christie bakal memberi kisah yang gampang ditebak. Seperti novel2nya yang lain, cerita kali ini juga penuh kejutan.

Luke memulai dengan mancari2 motif pembunuhan. Dia menduga bahwa korban2 yang dibunuh adalah orang2 yang mengetahui rahasia tentang seseorang di desa tersebut. Yang mereka sengaja ‘dibungkam’ agar orang tertentu terhindar dari masalah yang bakal timbul apabila rahasia2 pribadinya terbongkar. Suatu dugaan motif kejahatan yang wajar bukan? Tapi apakah memang begitu? Itu masih motif normal yang bisa dimiliki seseorang yang merasa terancam… Dan motif yang umum ada dalam banyak kasus…
Tapi bagaimana dengan motif yang tidak biasa? Yang sukar sekali diterima sebagai alasan untuk sebuah pembunuhan… Dan yang dilakukan oleh seseorang yang sama sekali sulit dipercaya bisa melakukannya…
Tapi dalam cerita ini itulah yang terjadi…

Membaca buku ini rasanya sampai lupa waktu, tidak bisa berhenti. Alhasil terpaksa begadang sampai dini hari, ha ha… Buku ini ngga terlalu tebal koq, guys, ngga setebal buku2 Harry Potter atau Hunger Games yg bisa buat nabok orang, he hehh…

Penyelidikan Luke dilakukan awalnya dari beberapa perbincangan termasuk dengan tuan rumahnya, Lord Whitfield. Lalu dengan diantar Bridget dia mulai bertanya2 pada pendeta sekitar, dan mengobrol dengan beberapa orang2 dengan alasan mengumpulkan informasi untuk bahan menulis buku tentang tahayul yang masih ada dalam budaya masyarakat. Agak aneh alibinya, ha ha…
Mungkin pada awalnya terkesan seperti beberapa perbincangan yang tidak berarti. Lebih mirip gossip dan dialog2 yang berjalan agak lamban. Tetapi tak terasa alur cerita makin lama makin menguat dan langsung menanjak di sepertiga buku. Dan klimaksnya benar2 sesuatu yang memberikan kejutan, suspense dan kesenangan tersendiri bagi penyuka novel misteri thriller.

Agatha menyisipkan romance dalam cerita ini. Ada kenekatan dalam cinta yang walau beresiko menantang bahaya tetapi tetap dijalani. Romansa sederhana klasik dimana seseorang bertemu dan jatuh cinta pada pandangan pertama, ada keraguan, rasa rendah diri, juga kenekadan. Seperti romansa klasik yang happy ending. Iya sebagai spoiler, kali ini adalah cerita yang happy ending. Korban2 yang dibunuh rata2 adalah orang2 yang tak menyenangkan setidaknya bagi beberapa orang, Agatha membuat seolah2 orang2 tersebut merupakan sosok2 yang dengan kematiannya membuat suasana kehidupan baru yang lebih baik bagi orang2 di sekitarnya. Hmm… quite dark thought, huh… Seolah2 tokoh2 yang jadi korban itu ‘sudah selayaknya’… begitu…
Kalo boleh saya kasih sedikit petunjuk tentang siapa pembunuhnya dalam cerita ini. Jangan dulu menduga2 tentang motif. Coba amati saja, bahwa semua korban yang telah dibunuh, hanya ada satu orang yang punya akses, kesempatan dan berada bersama mereka sebelum mereka menemui ajalnya. Dan si pembunuh cukup cerdik untuk bisa mengaburkan dan membelokkan informasi hingga kecurigaan mengarah ke orang lain.

Btw, tolong abaikan spoiler pelaku sebelum anda baca novelnya. Plizzz… karena bakal merusak kesenangan.




if u have not read the book, skip this part
Spoiler pelaku : ****f*e**





Okay, sekian dulu review amatiran dari saya. Kalo boleh saya kasi nilai, saya bakal kasih ini buku 7.5 dari 10. Hmm… karena saya pikir tokoh utamanya, si Luke ini benar2 digambarkan sebagai orang yang kurang tajam, biasa2 dan ngga begitu keren dibanding dengan karakter Poirot. He he… Poirot lagi. Iya, penggambaran sosok Poirot jelas lebih keren daripada tokoh yang ini.

Sebenarnya pada saat saya SMA dulu, uda banyak banget buku Agatha Christie ataupun Mara Gd yang pernah saya baca. Hmm… cuman sekarang ini setelah lewat beberapa tahun… banyak yang saya udah amnesia. Jangankan buku2, lha wong pengalaman2 saya aja banyak yang udah ngga ingat, ha ha… oke that’s enough.

Sampai jumpa lagi di review saya selanjutnya.



2 comments:

  1. Baru tahu saya ada tokoh AC yang si Luke ini. Seringnya kalau tidak 'si Kumis' ya 'si Miss'.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. He he lha ya saya juga baru tahu pas baca buku ini

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...