Appointment with Death (Perjanjian dengan maut) 1938
Sumber gambar : Gramedia
Alert : tulisan di bawah ini mungkin mengandung spoiler^^
Kali ini saya menulis review buku yang barusan saya baca. Ceritanya
menarik sekali buat penggemar fiksi logis cerita detektif. Seperti pernah saya
sebutkan sebelumnya, saya suka cerita detektif. Saya penggemar karya-karya
Agatha Christie.
Novel ini menampilkan Poirot si Detektif Belgia yang
mempunyai kepala bulat telur, kumis besar dan maniak terhadap kerapihan sebagai
tokohnya.
Dimulai dari percakapan yang tidak sengaja didengar Poirot
di Hotel Solomon di Jerusalem saat dia berlibur. Didengarnya sepasang Kakak
adik berbicara rencana pembunuhan. Selanjutnya diketahui dua bersaudara tersebut
anggota keluarga Boynton dari Amerika yang sedang mengikuti tur liburan.
Keluarga mereka terdiri dari Nyonya Boynton, Anak laki-laki paling tua yang
sudah menikah (Lennox), menantunya (Nadine), anak laki-laki kedua (Raymond),
anak perempuan yang wajahnya sangat mirip dengan Raymond (Carol), dan si gadis
bungsu Jinny (Ginevra). Dari semua anak itu, hanya yang bungsu saja anak
kandung si Nyonya. Yang lain adalah anak bawaan dari pernikahannya.
Selain mereka, rombongan tur wisata yang lain adalah seorang
dokter laki-laki ahli jiwa (Gerard), teman lama keluarga Boynton yang mengagumi
si menantu (Jefferson Cope) dan calon dokter perempuan muda (Sarah King). Juga
ada seorang politikus (Lady Westholme) dan guru (Nona Pierce) yang bergabung
belakangan.
Tokoh antagonis yang ditekankan sebagai pemicu masalah
adalah Nyonya Boynton. Si ibu digambarkan sebagai orang yang bertubuh besar,
bertampang seram dengan sikap yang menakutkan bagi siapa saja yang mengenalnya.
Dia disebutkan sebagai orang yang power syndrome. Dia ingin selalu dituruti dan
senang melihat anak-anaknya tunduk dalam kekuasaannya. Dia mengendalikan
anak-anaknya dalam banyak hal dan mengisolasi mereka dari dunia luar. Dia tidak
mengijinkan anak-anaknya bergaul dan mempunyai kegiatan bebas layaknya orang
normal. Itu membuat anak-anaknya merasa sangat tertekan bahkan jadi orang yang
seperti tidak punya semangat hidup. Si anak-anak tersebut jadi seperti hidup
dalam penjara, mereka tidak bisa mandiri dan selalu harus berkutat di
sekeliling si Ibu padahal usia mereka sudah dewasa. Si Ibu membuat mereka
benar-benar bergantung padanya, juga dalam hal finansial. Warisan dari ayah
mereka dipegang sepenuhnya oleh si Ibu.
Dalam bagian awal cerita ini dikisahkan bahwa Dokter Gerard
dan Sarah King berbicara menganalisa kondisi kejiwaan psikologis keluarga
tersebut.
Si Nyonya ini dideskripsikan sebagai orang yang punya watak
sadistis dan tirani terhadap anak-anaknya dan juga orang lain. Dia suka melihat
penderitaan, termasuk penderitaan anak-anaknya. Orang yang mengenalnya pasti
membencinya. Dia suka ‘menyiksa’ batin anak-anaknya. Anak bungsunya dibuat
hampir gila, pernikahan anak sulungnya dibuatnya berantakan, sepasang kakak
beradik dijadikannya hidup dalam tekanan jiwa.
Pada seratus halaman pertama, anda akan disuguhi alur cerita
drama keluarga dan percintaan, juga beberapa pendapat dan teori kejiwaan yang
dikemukakan oleh Dokter Gerard sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Ini menarik
buat saya. Sepanjang yang saya tahu Agatha Christie hampir selalu memasukkan
teori psikologis dalam novelnya.
Berikut ini kutipan
yang saya anggap menarik.
Hal 49
Gerard berkata dengan suara dalam, ” ……. – Kebahagiaan ada
dalam kesederhanaan! Aku dokter. Aku tahu betul bagaimana ambisi – untuk meraih
keberhasilan, untuk memperoleh kekuasaan – bisa menyebabkan penyakit pada jiwa
manusia. Kalau ambisi itu terpenuhi, manusianya akan menjadi sombong, kasar,
dan ingin lebih puas lagi. Sedang bila tidak terwujud – oh! Bila ambisi
seseorang tidak pernah terwujud, cuma rumah sakit jiwalah yang bisa memberi
predikat kepadanya! Rumah sakit jiwa itu isinya orang-orang yang tidak bisa
menerima kenyataan bahwa dirinya cuma tergolong kaum yang cukupan saja, atau
bahkan yang kekurangan; karenanya, mereka lalu menciptakan jalan buat melarikan
dirinya sendiri dari kenyataan, dan membuat dirinya tertutup terhadap hidup
untuk selama-lamanya!”
Hal 97-98
Dokter Gerard…”…Aku telah mempelajari banyak mengenai
kehidupan, mengenai hal-hal aneh yang berlangsung dalam otak manusia. Tak baik
bila orang cuma mau mengakui sisi yang baik dari kehidupan ini. Di bawah sopan
santun dan adat dalam kehidupan sehari-hari, terdapat persediaan hal-hal yang
aneh – seperti misalnya, kesukaan berbuat jahat. Tapi, setelah menemukan itu
pun, masih ada lagi hal-hal yang lebih mendalam – keinginan dan harapan
dihargai orang, misalnya. Bila keinginan ini tidak terpenuhi, maka ia akan
beralih kepada cara yang lain – yang bisa dirasakan – yang diakui orang lain –
dan karenanya, biasanya mengarah kepada perbuatan yang tidak wajar. Kebiasaan
berbuat jahat, seperti juga kebiasaan lainnya, dapat menguasai seseorang –“
…………………………………………………………………………………
Kebencian yang mendalam, emosi cinta yang terhalangi, dendam
terpendam, perasaan terancam, dan keinginan untuk membinasakan, semuanya
tertuju pada Nyonya Boynton. Anggota keluarganya tak ada yang menyukainya,
mereka ingin ‘bebas’ dari cengkeramannya. Dan pada saat rombongan tengah
menikmati wisata peninggalan sejarah di Petra, Si Nyonya tiba-tiba memberi jam
bebas buat anggota keluarganya seolah dia akan punya acara sendiri. Dan petang
harinya dia ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, duduk diam tak bergerak di
depan mulut gua. Dengan siapakah dia bertemu terakhir kali pada hari naas itu?
Yang jelas siapapun yang dia temui, dia telah mengadakan perjanjian dengan
maut.
Poirot yang sudah terkenal dengan deduksinya yang tajam berjanji
pada Kolonel Carbury untuk memecahkan kasus ini dalam 24 jam.
Penulisan cerita ini dibagi dalam 26 bagian sehingga tidak
terkesan menyeret dan melelahkan pembaca dalam alur tulisan yang panjang. Pembaca
dibuat agar bisa mengambil jeda tiap menyelesaikan satu bab sebelum membaca bab
selanjutnya agar tidak bosan.
Petunjuk diberikan pada pembaca sebelum 100 halaman pertama
jika jeli.
Tiap orang yang mengenal dekat si korban mempunyai motif untuk
pembunuhan tersebut. Dan tiap orang punya peluang yang sama.
Pengarang membawa alur dan mengarahkan pembaca pada
kesimpulan tertentu sebelum akhirnya membalikkan semuanya dengan jawaban yang
sama sekali berbeda. Seperti halnya karya Agatha Christie yang lain, akhir yang
sulit ditebak.
Saya sendiri tak dapat menerka sampai pada bab dimana Poirot
menguak semuanya. Pengarang telah sukses membuat saya terbelok ke arah yang
salah. Pelakunya tidak terduga. Motif pembunuhannya juga tidak terduga.
Ah, gagal dech saya menebak…
Penasaran kan? Buku ini layak dibaca buat anda yang malas
baca novel tebal. Cerita dalam buku ini berakhir pada hal. 258 saja koq, ngga
terlalu tebal bukan?
Saya mulai membaca karya Agatha Christie sejak SMP dulu.
Jadi di saat cewek seusia saya lainnya pada bawa serial cantik, saya malah suka
baca buku macam gini, serem ya kesannya, ha ha… : )
Kalau saya harus kasih rating, saya nilai buku ini:
8.0 dari 10
dimana saya bisa dapat buku ini ya..
ReplyDeletesaya butuh banget buku ini buat skripsi saya..tapi carinya susah sekali
di gramedia ada
ReplyDelete